Tujuan Dalam Kehidupan Kristen - Bilangan 6:1-7
Shalom
Setiap orang pasti punya tujuan
dalam hidupnya, memiliki goal yang harus dia capai, tapi tidak jarang justru
ada orang yang malah tidak tahu untuk apa dia hidup, tidak tahu mengapa dia ada
di dunia ini, tidak tahu mengapa Tuhan ciptakan dia dan menempatkan dia di
tengah-tengah dunia.
Selasa kemarin dalam chapel
mahasiswa Pak Tobing sudah menjelaskan bahwa hidup ini adalah untuk memuliakan
Allah. Jika ada dari kita yang masih bertanya-tanya apa tujuan hidupnya, maka
saya jelaskan kembali bahwa Tujuan hidup kita adalah untuk memuliakan Tuhan,
untuk melayani Tuhan, untuk menyenangkan hati Tuhan, untuk hidup serupa dan
seturut dengan kehendakNya.
Mari kita buka Alkitab kita dalam
Bilangan 6:1-7
Bilangan 6:1-7 ini berbicara
mengenai seorang nazir. Nazir sendiri berarti dipisahkan atau dikhususkan. Dengan
demikian seorang nazir adalah yang dipisahkan atau memisahkan diri sehingga
hidupnya dikhususkan bagi Tuhan. Dalam bilangan 6:1-7 ini seorang nazir
dipisahkan atau dikhususkan sehingga tidak hidup seperti orang-orang
disekitarnya. Seorang nazir memiliki ciri atau kekhususan seperti halnya dalam
ayat 3, di mana seorang nazir harus menjauhkan diri dari anggur atau segala
sesuatu yang memabukkan. Lalu dalam ayat 5 dijelaskan bahwa seorang nazir
tidaklah boleh mencukur rambutnya pada masa kenazirannya. Dan pada ayat yang ke
6-7 dijelaskan juga bahwa seorang nazir tidak boleh menajiskan dirinya dengan
mayat, bahkan di sana juga dikatakan meskipun itu adalah mayat dari orang
tuanya sekalipun.
Kalau kita lihat lebih lanjut ciri
atau kekhususan seorang nazir pada jaman Perjanjian Lama ini, dapat
diimplementasikan dalam kehidupan seorang hamba Tuhan pada masa kini. Sebagaimana
seorang nazir yang dipisahkan atau dikhususkan bagi Allah demikian juga seorang
hamba Tuhan memisahkan dan mengkhususkan serta menyerahkan seluruh hidupnya
untuk melayani Tuhan.
Dalam kehidupan Kristen
setidakhnya terdapat 3 tujuan sebagai berikut
1. Hidup yang dipisahkan dari dunia untuk Allah
Dalam ayat 3 tadi dikatakan bahwa
seorang yang menjadi nazir Allah harus menjauhkan diri dari anggur atau hal
yang memabukkan. Jika kita tarik dalam kehidupan seorang hamba Tuhan, hal ini
tidak hanya berhenti bahwa seorang hamba Tuhan juga harus menjauhkan diri dari
hal yang memabukkan tetapi juga seorang hamba Tuhan harus dapat menguasai
dirinya dan menjauhi kenikmatan dunia sehingga dirinya tidak dikuasai oleh
dunia.
Dunia dan segala kenikmatannya
cenderung membawa manusia jauh dari Tuhan bahkan meninggalkan Tuhan. surat Roma
12 pun mengatakan agar jangan sampai kita menjadi serupa dengan dunia, tidak
larut dalam kenikmatan dunia. Untuk itu perlu bagi kita menjauhkan diri dari
kenikmatan dunia dan menyerahkan diri kita untuk melayani Tuhan untuk dipakai
sebagai alatNya.
2. Berkomitmen memiliki gaya hidup yang benar
Dalam ayat 5 dikatakan bahwa
seorang nazir tidak mencukur rambutnya. Hal ini dikarenakan pada waktu itu
rambut Panjang dipahami sebagai lambing ketaatan dan komitmen. Selain itu
alasan seorang nazir tidak mencukur rambut adalah bahwa apa yang ada pada
dirinya adalah milik Tuhan bahkan sampai rambutnya pun adalah milik Tuhan,
sehingga seorang nazir tidak boleh sembarangan mencukur rambutnya.
Mengenai hal ini saya teringat
akan kisah Simson, yang mana ia adalah seorang nazir Allah sehingga rambutnya
tidak boleh dicukur, tetapi dia malah membiarkan rambutnya dicukur gara-gara
cinta. Dan pada akhirnya kita tahu bahwa Tuhan meninggalkan dia karena dia
meninggalkan komitmennya kepada Tuhan.
Jika kita tarik dalam kehidupan
hamba Tuhan, hal ini berarti bahwa seorang hamba Tuhan harus memiliki komitmen
dan penyerahan diri kepada Tuhan untuk senantiasa memiliki gaya hidup yang
benar dihadapan Allah. Seperti seorang nazir yang berbeda dengan orang-orang
disekitarnya dengan tidak mencukur rambutnya, seorang hamba Tuhan juga harus
hidup berbeda dari orang-orang disekitarnya. Bukan menjadi orang yang aneh,
tetapi menjadi seseorang yang memiliki komitmen hidup benar dihadapan Allah,
menjadi garam dan terang dunia.
3. Mengutamakan Tuhan dari segalanya
Dalam ayat 6-7 dikatakan bahwa
seorang nazir Allah tidak boleh menajiskan diri dengan mayat, meskipun itu
adalah orang Tuanya. Hal ini bukan berarti bahwa seorang nazir Allah menjadi
orang yang durhaka terhadap orang tuanya, tetapinya menunjukkan bahwa keutamaan
kepada Tuhan itu melebihi segalanya. Bahkan Alkitab mengatakan bahwa seorang pengikut
Kristus harus meninggalkan orang tuanya, saudaranya, harta bendanya dan
mengikut Tuhan. Prioritas akan Tuhan lebih utama dari semuanya itu.
Jika kita tarik dalam kehidupan
hamba Tuhan, keutamaan akan Tuhan harus melebihi apapun. Orang-orang yang baru
mengenal Yesus, harus meninggalkan orang tuanya, saudaranya bahkan mereka
dibenci oleh orang-orang disekitarnya, tetapi apakah itu akan membuatnya lantas
meninggalkan Tuhan? kalaupun ia harus meninggalkan mereka dan dibenci oleh
mereka, seorang hamba Tuhan harus tetap mengutamakan Tuhan. jangan sampai
apapun membuat kita jauh dari Tuhan atau menghalangi kita untuk datang kepada
Tuhan.
Untuk itu marilah kita belajar untuk
menjadi seorang hamba Tuhan yang memiliki tujuan untuk menyenangkan hati Tuhan,
menyerahkan hidup kita sepenuhnya kepada Tuhan, memisahkan diri dari dunia,
berkomitmen untuk senantiasa hidup benar dan mengutamakan Tuhan dalam segala
sesuatunya. Amin.
Posting Komentar untuk "Tujuan Dalam Kehidupan Kristen - Bilangan 6:1-7"